Berwisata pada hakekatnya adalah menambah wawasan dalam sebuah perjalanan. Ada istilah lain bernama rekreaksi dari sebuah niatan menghilangkan penat dan stagnasi kognisi agar bisa lebih kreatif setelah membuang sumbatan berpikir, istilah ini hampir mirip dengan kata refreshing yaitu penyegaran, agar segar bugar dan dapat beraktivitas kembali lebih produktif.
Di kalangan pelajar kegiatan di atas lebih populer dengan istilah study tour, perjalanan sebagai salah satu proses edukasi yang terencana pada sebuah obyek di antaranya ; tempat wisata, museum, perpustakaan, kebun binatang, kebun raya dan tempat lain yang bisa menambah pengetahuan melengkapi apa saja yang sudah disampaikan di bangku sekolah.
Seperti halnya yang dilakukan oleh SMP Islam Pemalang pada hari Sabtu, 24 Juni 2023 dengan tujuan Kota Bandung, adapun objek wisata yang di kunjungi yaitu Tangkuban Perahu, Museum Geologi, PUSPA IPTEK Sundial dan wisata kuliner sebagai buah tangan keluarga yaitu Cibaduyut. Study Tour ini diikuti oleh 78 Siswa/Siswi dan 8 Guru pendamping.
Dalam konsep study tour atau istilah yang digunakan oleh SMP Islam Pemalang adalah rihlah mengandung unsur outing class, ke luar kelas dalam jarak jauh. Karena ada dua konsep outing class yakni belajar di luar kelas, pertama berada di lingkungan kelas dan sekitarnya dan kedua, di luar kota.
Outing class prosesnya tidak harus sama dengan belajar di dalam kelas dengan perlengkapan kursi dan meja serta alat tulis. Namun anak diberi kebebasan untuk memadukan pengetahuan tekstual yang disampaikan guru dari buku paket ditambah bumbu pengetahuan yang dimiliki oleh guru.
Agar tampak beda anak-anak tidak diberi tugas untuk mencatat apa yang dilihat, sebagaimana konsep merdeka belajar, fungsinya adalah mengasah ketajaman nalar, menggunakan logika yang tepat, berbahasa yang runtut dan kepekaan sosial yang tinggi serta nilai spiritual. Inilah konsep yang dikembangkan di SMP Islam Pemalang dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Begitu pula guru tidak memberikan pendampingan dalam jarak dekat, sehingga anak-anak merasa nyaman dan leluasa bertindak, karena tidak dalam genggaman guru. Guru istirahat mengajar sejenak, namun tetap waspada dan memperhatikan gerak gerik siswa.
Akhirnya cita-cita membangun kedewasaan anak dalam menalar apa yang dihadapi bisa tercapai, tampak bagaimana respon anak-anak terhadap hal yang melingkupi dirinya, misal ketika haus, berada di jalan simpang, memilih dari beberapa pemandangan, bertemu dengan orang asing dan lainnya.